Otak, sebagai salah satu organ vital dalam diri setiap manusia, banyak sekali menyimpan potensi. Kita, mungkin, memang pernah belajar tentang anatomi otak. Namun, ada kemungkinan besar, kita tak pernah mempelajari potensi-dahsyat yang tersimpan di dalam otak manusia.
Dalam buku Quantum Learning, diuraikan secara sangat menarik betapa dahsyat kekuatan otak manusia itu. Bahkan, secara berani, penulisnya menjuduli pada Bab 2 itu dengan “Kekuatan Pikiran Anda yang Tak Terbatas”. Apakah benar, kekuatan pikiran kita tak terbatas? Tentu terbatas. Namun, menurut penulis, karena masih sangat banyak yang belum kita ketahui tentang kekuatan otak kita maka kita anggap saja bahwa potensi otak tidaklah terbatas. Apa yang disampaikan oleh Bobbi ini sama persis dengan yang disampaikan oleh Tony Buzan, penemu metode-dahsyat mencatat bernama mind mapping. Menurut Buzan, “You brain is like a sleeping giant.”
Sebagai contoh, otak kita, menurut Roger Sperry, peraih hadiah Nobel di bidang kedokteran, terdiri atas dua belahan, yaitu belahan kiri dan belahan kanan. Menurut penelitian Sperry, fungsi belahan kiri sangat berbeda dengan belahan kanan. Meskipun ketika kita berpikir seluruh belahan itu kita gunakan, namun kadang kita tidak seimbang dalam mengasah/mendidik/melatih tiap-tiap belahan tersebut. Sekolah-sekolah kita cenderung hanya mendidik atau menekankan pendidikannya ke belahan kiri yang rasional dan mengabaikan belahan kanan yang intuitif.
Lantas, seorang ahli neuorologi bernama Paul MacLean menunjukkan bahwa di kepala kita ada tiga jenis otak yang disebutnya sebagai “triune brain”. Otak paling rendah bernama otak reptil yang kadang disebut sebagai “otak primitif”. Otak yang lebih tinggi dari otak reptil dinamai otak mamalia atau disebut sebagai “otak tengah” (midbrain). Di otak inilah tersimpan potensi dahsyat yang diteliti oleh psikolog Daniel Goleman yang kemudian disebut sebagai kecerdasan emosi (emotional intelligence). Otak paling canggih adalah otak bahasa yang terletak di posisi paling atas dan terdiri atas lipatan-lipatan (neocortex).
Menurut MacLean, dan juga para pakar lain seperti Michael Persinger (penemu God Spot), Danah Zohar dan Ian Marshall (pengembang dan peneliti Spiritual Intelligence), serta peneliti lain, ketiga jenis otak ini saling mempengaruhi. Jika kita tidak memiliki kecakapan berpikir, mustahil kita dapat mengendalikan otak yang ada di tengah (otak emosi) dan otak primitif. Apabila kita tidak dapat mengendalikan otak emosi (tidak mampu merenung atau berefleksi), maka otak emosi ini akan memola cara bersikap kita. Jika ada hal-hal yang tidak menyenangkan diri kita, kita langsung marah atau menunjukkan kebencian. Ini tentu akan mendatangkan kerugian bagi diri kita karena akan mengganggu hubungan atau kerja sama dengan orang lain.
Seorang psikolog-peneliti dari Universitas Harvard, Howard Gardner, juga menemukan sesuatu yang sangat mencengangkan. Gardner mengatakan bahwa kecerdasan itu tidak tunggal. Ada minimal sembilan jenis kecerdasan kata Gardner yang kemudian diistilahkan dengan multiple intelligences atau kecerdasan majemuk. Selama ini, kecerdasan hanya dilekatkan pada orang yang pandai matematika atau bahasa yang kemudian disimbolkan dengan IQ. Padahal, ada banyak sekali hal-hal hebat yang bisa dilakukan seseorang tanpa mengandalkan IQ dalam tingkat yang paling tinggi.
Nah, menurut penulisnya, kekuatan otak yang ditemukan oleh para ahli itu baru sedikit. Namun, jika yang sedikit itu dapat dimanfaatkan atau difungsikan secara benar dan tepat, niscaya akan melahirkan kekuatan yang amat dahsyat bagi seseorang. Perubahan yang terjadi pada diri seseorang yang dapat memanfaatkan yang sedikit itu kemudian disebut sebagai perubahan yang bersifat kuantum. Di dalam buku-buku Bobbi DePoter ditunjukkan dengan sangat gamblang dan mudah bagaimana mengubah potensi diri menjadi cahaya. Bahasa Bobbi, selain mudah dan ringan, juga mampu membangkitkan semangat dan gairah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar