Setelah seorang anak mengalami aktivasi otak tengah akan terjadi peningkatan dalam kemampuan berpikirnya. Hal ini karena jaringan otak mengalami perkembangan pesat pada sambungan-sambungan yang terjadi di antara sel otak.
Setiap orang mempunyai jumlah sel otak yang sama yaitu sekitar satu trilyun sel. Tetapi yang membedakan kecerdasan dari masing-masing individu adalah jumlah sambungan-sambungan yang terjadi. Setiap sambungan akan menjadi penghantar dari informasi berupa gelombang yang bersifat listrik. Dan ini menentukan kecepatan dalam mengakses informasi, menghubungkan informasi menjadi sebuah pemahaman.
Kita bisa melihat dalam kehidupan sehari-hari adanya perbedaan kecepatan pemahaman ini pada setiap orang. Misal seseorang bercerita sebuah cerita lucu di antara teman-temannya, dan sebagian besar langsung mengerti dan tertawa karena cerita itu, tetapi ada juga yang baru satu jam kemudian tertawa. Mengapa ini bisa terjadi? karena informasi yang masuk tidak menemukan jalur terpendek untuk diteruskan dan dihubungkan, akibatnya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami.
Tugas kita dalam rangka untuk meningkatkan kecerdasan adalah memperbanyak sambungan-sambungan tersebut. Pada waktu kita belajar, berdiskusi, membaca, beraktivitas, berpikir, mencoba hal-hal baru dan kita memahami aktivitas tersebut, maka akan terjadi sambungan baru di otak. Akibatnya kita menjadi semakin cerdas. Oleh sebab itu aktivitas otak tidak boleh kita hentikan sampai umur berapapun.
Nah, pada aktivasi otak tengah, terjadi pelipatgandaan sambungan-sambungan ini, sehingga anak juga akan menjadi semakin cerdas. Dan kemampuan berpikir dengan otak tengah mengakibatkan seluruh bagian otak berpartisipasi secara bersamaan pada waktu proses berpikir. Oleh sebab itu sering kita melihat seorang anak yang mampu menghafal dengan cepat, karena dia tidak lagi menghafal dengan logikanya, tetapi juga menghafal dengan imajinasinya, sehinggan setiap informasi yang masuk dapat diakses dengan lebih mudah.
Ketika hal ini terjadi, otomatis setiap software, program , atau pelajaran yang diberikan akan dapat dengan lebih mudah diproses oleh anak yang sudah teraktivasi.
Tugas orang tua setelah anaknya teraktivasi adalah menempatkan anak pada medan yang bisa meningkatkan dan menstimulasi keunggulan yang dimilikinya. Bisa dengan mengajak mereka berpikir kreatif untuk memecahkan sebuah masalah, memberikan bacaan-bacaan bermutu, memberikan les untuk meningkatkan bakat / kompetensi mereka. Prinsipnya otak anak yang telah teraktivasi sudah menjadi semacam hardware yang canggih, oleh sebab itu berikan software-sofware yang canggih pula.
Setiap orang mempunyai jumlah sel otak yang sama yaitu sekitar satu trilyun sel. Tetapi yang membedakan kecerdasan dari masing-masing individu adalah jumlah sambungan-sambungan yang terjadi. Setiap sambungan akan menjadi penghantar dari informasi berupa gelombang yang bersifat listrik. Dan ini menentukan kecepatan dalam mengakses informasi, menghubungkan informasi menjadi sebuah pemahaman.
Kita bisa melihat dalam kehidupan sehari-hari adanya perbedaan kecepatan pemahaman ini pada setiap orang. Misal seseorang bercerita sebuah cerita lucu di antara teman-temannya, dan sebagian besar langsung mengerti dan tertawa karena cerita itu, tetapi ada juga yang baru satu jam kemudian tertawa. Mengapa ini bisa terjadi? karena informasi yang masuk tidak menemukan jalur terpendek untuk diteruskan dan dihubungkan, akibatnya membutuhkan waktu yang lebih lama untuk memahami.
Tugas kita dalam rangka untuk meningkatkan kecerdasan adalah memperbanyak sambungan-sambungan tersebut. Pada waktu kita belajar, berdiskusi, membaca, beraktivitas, berpikir, mencoba hal-hal baru dan kita memahami aktivitas tersebut, maka akan terjadi sambungan baru di otak. Akibatnya kita menjadi semakin cerdas. Oleh sebab itu aktivitas otak tidak boleh kita hentikan sampai umur berapapun.
Nah, pada aktivasi otak tengah, terjadi pelipatgandaan sambungan-sambungan ini, sehingga anak juga akan menjadi semakin cerdas. Dan kemampuan berpikir dengan otak tengah mengakibatkan seluruh bagian otak berpartisipasi secara bersamaan pada waktu proses berpikir. Oleh sebab itu sering kita melihat seorang anak yang mampu menghafal dengan cepat, karena dia tidak lagi menghafal dengan logikanya, tetapi juga menghafal dengan imajinasinya, sehinggan setiap informasi yang masuk dapat diakses dengan lebih mudah.
Ketika hal ini terjadi, otomatis setiap software, program , atau pelajaran yang diberikan akan dapat dengan lebih mudah diproses oleh anak yang sudah teraktivasi.
Tugas orang tua setelah anaknya teraktivasi adalah menempatkan anak pada medan yang bisa meningkatkan dan menstimulasi keunggulan yang dimilikinya. Bisa dengan mengajak mereka berpikir kreatif untuk memecahkan sebuah masalah, memberikan bacaan-bacaan bermutu, memberikan les untuk meningkatkan bakat / kompetensi mereka. Prinsipnya otak anak yang telah teraktivasi sudah menjadi semacam hardware yang canggih, oleh sebab itu berikan software-sofware yang canggih pula.
Satu pertanyaan yang sering muncul dari calon peserta GMC adalah sebagai berikut "Apakah anak dengan usia 5-15 tahun tidak akan terbebani otaknya setelah mengalami pengaktifan otak tengah?"
Pertanyaan ini muncul karena selama ini dengan metode yang konvensional, "software (walaupun penting) lebih ditekankan daripada "hardware". Sofware yang saya maksud adalah apa yang dimasukkan ke otek anak untuk diproses, contohnya matematika, pelajaran bahasa, ilmu pengetahuan, kalkulus, dan pelajaran lainnya. Sedangkan hardware adalah alat pemrosesnya. Metode konvensional kadang lupa tentang hardware karena sibuk dengan sofwarenya. Sofware diinputkan terus tapi pengembangan kapasitas hardware terlupakan, akibatnya muncul beban di otak anak pada umumnya.
Metode pembelajaran paling up to date sudah lebih maju dengan memikirkan bagaimana sebuah sofware / pelajaran dapat diproses dengan memperhitungkan karakteristik dari si pembelajar. Contohnya pemilahan antara gaya belajar auditori, visual, kinetik, dan kontemplatif, seperti yang telah dilakukan pada kelas-kelas yang mempraktekkan quantum teaching.
GMC tidak memberikan beban pada otak anak, tetapi justru memperbesar kapasitasnya. GMC bukanlah sebuah pelajaran yang harus dikuasai, GMC bukan sebuah metode yang harus dipelajari, GMC bukanlah sebuah mata pelajaran baru, tetapi GMC adalah sebuah brain booster yang dengan metode tertentu akan membawa anak pada sebuah pengalaman untuk membangkitkan potensi otaknya.
Treatment pasca aktivasi adalah hal penting yang harus diperhatikan oleh orang tua peserta. Sebuah kapasitas, baru hanya sebuah potensi, dan potensi itu baru akan terlihat apabila orang tua jeli untuk memprogram anak menuju pada keunggulan / bakat yang dimilikinya. Di sinilah keasyikan orang tua sebagai seorang seniman, manajer, dan leader dari anak untuk mengarahkannya pada kemunculan potensi yang paling maksimal.
Sebagai seorang seniman orang tua akan memahat, mewarnai, memoles anak pada bentuk yang paling indah, sebagai manajer orang tua akan memprogram langkah-langkah konkrit yang harus ditempuh anaknya selama masa independensi / ketergantungan, dan sebagai leader orang tua akan mendorong, menginspirasi, memberikan teladan serta membantu anak untuk menciptakan, menemukan dan mencapai visinya.
Pada hakekatnya sebagai orang tua anda bisa menemukan sebuah visi baru dalam kehidupan melalui apa yang bisa anda lakukan terhadap anak anda. Dan GMC akan membantu anda menemukan jalan itu.
Salam Masa Depan !!!!!
Pertanyaan ini muncul karena selama ini dengan metode yang konvensional, "software (walaupun penting) lebih ditekankan daripada "hardware". Sofware yang saya maksud adalah apa yang dimasukkan ke otek anak untuk diproses, contohnya matematika, pelajaran bahasa, ilmu pengetahuan, kalkulus, dan pelajaran lainnya. Sedangkan hardware adalah alat pemrosesnya. Metode konvensional kadang lupa tentang hardware karena sibuk dengan sofwarenya. Sofware diinputkan terus tapi pengembangan kapasitas hardware terlupakan, akibatnya muncul beban di otak anak pada umumnya.
Metode pembelajaran paling up to date sudah lebih maju dengan memikirkan bagaimana sebuah sofware / pelajaran dapat diproses dengan memperhitungkan karakteristik dari si pembelajar. Contohnya pemilahan antara gaya belajar auditori, visual, kinetik, dan kontemplatif, seperti yang telah dilakukan pada kelas-kelas yang mempraktekkan quantum teaching.
GMC tidak memberikan beban pada otak anak, tetapi justru memperbesar kapasitasnya. GMC bukanlah sebuah pelajaran yang harus dikuasai, GMC bukan sebuah metode yang harus dipelajari, GMC bukanlah sebuah mata pelajaran baru, tetapi GMC adalah sebuah brain booster yang dengan metode tertentu akan membawa anak pada sebuah pengalaman untuk membangkitkan potensi otaknya.
Treatment pasca aktivasi adalah hal penting yang harus diperhatikan oleh orang tua peserta. Sebuah kapasitas, baru hanya sebuah potensi, dan potensi itu baru akan terlihat apabila orang tua jeli untuk memprogram anak menuju pada keunggulan / bakat yang dimilikinya. Di sinilah keasyikan orang tua sebagai seorang seniman, manajer, dan leader dari anak untuk mengarahkannya pada kemunculan potensi yang paling maksimal.
Sebagai seorang seniman orang tua akan memahat, mewarnai, memoles anak pada bentuk yang paling indah, sebagai manajer orang tua akan memprogram langkah-langkah konkrit yang harus ditempuh anaknya selama masa independensi / ketergantungan, dan sebagai leader orang tua akan mendorong, menginspirasi, memberikan teladan serta membantu anak untuk menciptakan, menemukan dan mencapai visinya.
Pada hakekatnya sebagai orang tua anda bisa menemukan sebuah visi baru dalam kehidupan melalui apa yang bisa anda lakukan terhadap anak anda. Dan GMC akan membantu anda menemukan jalan itu.
Salam Masa Depan !!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar